Tanah Parahyangan yang bergunung dan berlembah merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan jalur kereta api. Kuda besi ini harus meliuk-liuk di punggung perbukitan. Jembatan dan terowongan bahkan perlu dibangun, menuntut kecanggihan teknologi konstruksi mengingat Priangan merupakan wilayah gempa. Itu juga perlu dana yang sangat besar.
Berkat kemakmuran perkebunan Priangan, pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta Hindia Belanda bisa menjawab tantangan itu. Hasilnya adalah jalur kereta api yang fantastis, khususnya antara Pangandaran, via Garut dan Bandung, menuju Jakarta. Ada beberapa terowongan dan jembatan legendaris di jalur ini.
Jalur Pangandaran-Banjar punya Terowongan Wilhelmina (1.116 meter), terowongan terpanjang di Indonesia. Juga jembatan terpanjang Cikacepit (1.250 meter). Sayang jalur yang dibangun pada 1910-an ini telah mati, padahal menyusuri tebing dengan pemandangan indah ke laut.
Terowongan terpanjang Indonesia yang masih aktif adalah Terowongan Sasaksaat, sepanjang 949 meter yang menembus Bukit Cidepong antara Padalarang-Purwakarta. Kereta Argo Parahyangan melewatinya setiap hari hingga kini, menghubungkan Bandung-Jakarta.
Kereta Parahyangan juga melintasi jembatan terpanjang yang masih aktif: Jembatan Cikubang (300 meter), terletak di Padalarang. Jembatan yang dibangun pada 1906 ini memiliki empat pilar baja seberat sekitar 110 ton, berdiri dengan ketinggian 80 meter di atas Sungai Cikubang.
Jembatan Cikubang masih kokoh hingga sekarang, tampak megah berdiri jika kita bermobil melintasi Tol Cipularang.